Selasa, 12 September 2023

Catatan Untuk Anakku

Kuyakini bahwa sesungguhnya ketiga anakku adalah titipan Tuhan untuk kami bimbing ajari, sebagai respon atas kasih Tuhan bagi keluarga kami. Berbagai kenangan hidup mewarnai perjalanan kami, yang membuat indahnya persekutuan kami dengan Tuhan.

Diawali masa perkenalan, pacaran dan penjajakan untuk hidup berumahtangga bersama isteriku selama hampir 7 tahun. Kegiatan bersama di naposobulung HKBP Immanuel Pekanbaru II, yang ketika itu menghadapi proses krisis HKBP, telah menumbuhkan sikap saling mengenal dan memahami diantara kami berdua, walau mungkin itu hanya usaha sendiri-sendiri untuk bisa saling menerima.

Dan tepat pada Sabtu 23 Maret 2002, bertempat di gereja HKBP Balige, kami mengikat janji dihadapan Tuhan untuk membangun sebuah rumahtangga baru, dan mendasarkannya kepada Tuhan semata. Pelaksanaan adat Batak di gedung Serba Guna persis di belakang gereja tersebut, sebagai wujud rasa syukur pada Tuhan, sekaligus ungkapan pemberkatan secara adat, tradisi sosial kemasyarakatan yang kami jalani. Disaksikan dan diberkati pihak hulahula, tulang, tulang rorobot, bona tulang, dongan tubu, dan semua pihak yang menjadi saksi awal 'bangunan keluarga' tersebut.

Tidak lama berselang, kami pilih Pekanbaru sebagai tempat bermastautin, menjalani hidup sebagai sebuah keluarga baru, dan melakukan sosial kemasyarakatan adat, gereja dan lainnya. Tinggal sebuah rumah petak kontrakan di Jl Selamat ujung. Istriku bekerja di Oriental Fiberglas, sementara saya di perusahaan Farmasi PT. Dexa Medica. Hari hari kami jalani sebagaimana umumnya keluarga baru.

Nathania Sumihar Siahaan
 Kehidupan bergereja yang kami ikuti bersama selama naposobulung terus berlanjut dengan punguan Koor Gabungan Immanuel. Ketika melaksanakan latihan koor dirumah P. Manik/br Sihombing, di Jl. Lily Sabtu 5 April 2003 pada isteriku terjadi sesuatu yang tidak kami mengerti. Konon kata ibu-ibu yang bersama kami menyebut sebagai pecah ketuban. Malam itu juga kami menuju bidan Purba, yang sebelumnya terus menjadi konsultan kehamilan isteriku. Dan atas saran bidan tersebut, kami malam itu juga langsung menuju Rumah Sakit Umum Daerah Pekanbaru. Pikiran panik mulai menyerang isteriku, sementara saya yang tidak memahami dan tidak merasakan kondisi yang dihadapi isteriku hanya berbuat apa yang bisa kami lakukan. Dan ketika di Rumah Sakit, setelah diperiksa petugas jaga, kami di sarankan istirahat. Dalam kelelahan malam itu, sembari saya mendampingi isteriku, kami berbincang hal rencana pilihan nama kelak bagi bayi kami. Berbagai pikiran muncul, namun kelelahan lebih berpihak dan membuatku tertidur.

Esok harinya, Minggu 6 April, sebagaimana biasanya dokter ahli kebidanan libur. Dokter jaga hanya dokter umum, didampingi para bidan yang bertugas. Setelah isteri saya diperiksa satu harian persis kami tinggal dan menginap di rumah sakit tersebut. Dan proses untuk melahirkan akan dilakukan pada Senin besoknya.

Dan benar, setelah diberikan obat perangsang untuk melahirkan, maka anakku yang pertama, lahir pada Senin 7 April 2003 sekitar pukul 17.00. Kelahirannya disambut gemuruh dan petir yang menggelegar sangat kuat. Walaupun kuatnya hujan dan gemuruh sore itu, namun kebahagiaanku menjadi seorang ayah sangat terlihat jelas. Melihat anakku yang masih merah, seolah tak kuperdulikan isteriku yang sakit baru melahirkan. Proses selama kelahiran itulah mendorong kami untuk menjadikan nama anak kami sebagai 'Nathan' yang artinya diberkati Tuhan. Dan menujukkan sebagai perempuan kami lengkapi dengan 'nia'. Jadi lengkaplah namanya Nathania. Sore itu juga berita kelahiran anak kami tersebut kami sebarkan kepada seluruh keluarga.

Sebagai anak pertama, kehormatan kepada opungnya tentu kami juga tempatkan dengan pemberian nama cucunya tersebut. Dan nama yang diberikan adalah Sumihar, yang artinya semakin cerah ceria. Namun kesepakatan kami berdua menempatkannya pada nama yang kedua. Dan itulah yang kami lakukan pembabtisan di HKBP Balige, Desember 2003.

Paulus Jeremy Siahaan
Kenangan pada anak kami yang kedua, tepat pada Minggu 30 Januari 2006, dalam kondisi yang sangat berat hendak melahirkan, pukul 06.00 dengan menaiki sepeda motor kami menuju klinik bersalin Bethania, praktek bidan Purba yang tidak jauh dari rumah, sekaligus konsultan kehamilan isteriku. Dan setelah diperiksa, ternyata benar akan melahirkan hari itu juga. Dan tanpa banyak pertimbangan lagi, tepat pukul 10.00, saya saksikan sendiri proses kelahiran anak kami yang kedua. Ketika bidan tersebut menanya namanya, spontan saya jawab namanya 'Paulus'. Sore hari itu juga, sekitar pukul 17.00 kami meninggalkan klinik bersalin tersebut. Suasana bahagia kami dengan sepasang anak yang akan memberi kebahagiaan buat keluarga.

Dan ketika hendak dibaptis di HKBP Immanuel, isteriku menambah namanya dengan 'Jeremy'. Dan lengkaplah dibaptis dengan nama 'Paulus Jeremy Siahaan'.

Immanuel Timoty Siahaan
Anak kami yang ketiga memberikan kebahagian tersendiri yang sangat luar biasa. Karena dua anak kami sudah sepasang, harapan kami anak yang ketiga, laki-laki atau perempuan biarlah Tuhan yang memberikan. Lahir pada Selasa 11 Nopember 2008, sekitar pukul 10.45 WIB di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru, anak kami yang ketiga lahir dengan normal. Kami berikan namanya Timoty karena dalam Alkitab, Paulus dan Timoty adalah bersahabat dalam pemberitaan firman Tuhan. Paulus yang terkenal besar memberitakan Kristus, juga bersahabat dengan Timoty dalam tugas yang sama. Itulah harapan kami kepada kedua anak kami laki-laki ini, tetap bersahabat dan saling melengkapi dalam tugas memberitakan anugerah Tuhan. Dan nama 'Immanuel' adalah sebagai ungkapan penyertaan Tuhan dalam perjalanan keluarga kami.

Biarlah kepintaran, kebijaksanaan, kesehatan dan umur panjang diberikan Tuhan kepada ketiga anak kami ini. Sepanjang kami tetap mendidik, mengajari dan membesarkan mereka, Tuhanlah yang tetap memberikan kuasaNya kepada mereka. Sehingga harapan Tuhan terhadap mereka bertiga, kelak terpancar dalam kehidupan mereka dengan masyarakat sekeliling.

Itu juga harapan kami berdua kepada ketiga anak yang kami sayangi ini. Walau dengan keterbatasan kemampuan kami, namun dengan keyakinan kepada Tuhan, kalian akan mendapat dan menjadi saluran berkat dari Tuhan. Tetaplah tempatkan Tuhan dalam setiap pemikiran dan langkahmu. Kelak IA yang berkuasa atas langit dan bumi akan menyertai hidupmu sepanjang masa.

Horas
Pekanbaru, 22 Mei 2014

Sabtu, 07 Januari 2017

Natal dan Harapan Baru

Dalam perayaan memperingati kelahiran Yesus Kristus, atau Natal, sering terjadi kesalahan penafsiran. Umat sering diarahkan pikirannya kepada pemahaman ketika Yesus lahir 2000 tahun lalu di Betlehem. Akibatnya, sebagaimana layaknya menyambut anak yang baru lahir ditengah keluarga, banyak yang melakukan dengan pernak-pernik seputar menyambut kelahiran tersebut. Mulai dari baju baru, makanan yang enak-enak, hingga berbagai seremoni kelahiran lainnya. Sedemikian hingga sambutan yang dilakukan adalah terhadap anak kecil Yesus yang baru lahir, yang membutuhkan susu, di gendong, disayang dan diberi kehangatan.

Seolah kita lupa, bahwa kedatanganNya kedunia 2000 tahun lalu itu telah ditolak oleh umat manusia ketika itu. Umat ciptaanNya itu tidak menghargaiNya. Tak seorangpun menerimaNya, semua pintu tertutup, semua membuat alasan masing-masing. Sehingga sebagai seorang Raja diatas segala raja, dia harus rela lahir dikandang domba, dan ditempatkan di palungan, tempat makan domba-domba itu. Seolah kita lupa, bahwa IA datang ke dunia 2000 tahun lalu telah naik ke surga untuk menyediakan tempat bagi orang-orang yang takut akan Dia.

Memaknai Natal sekarang ini, sesunggunya mengarahkan pikiran hati dan perbuatan kepada kedatangan Kristus yang kedua kali. Ketika IA datang untuk memberi sukacita penyelamatan yang Maha Agung. Penyelamatan manusia dari lumpur dosa yang telah menakutkan. Menyelamatkan umat ciptaanNya itu dari kematian abadi. Hingga menyediakan tempat di sorga bagi orang-orang pilihanNya itu.

Lalu, bagaimana kita mengamini dan mengimani prakarsa kedatangan Kristus ini? Bagaimana kita bersikap dan bertindak atas pengakuan kedatanganNya itu? Bagaimana harapan penebusan itu dapat terlaksana dan terpancar dalam kehidupan keseharian kita? Bagaimana keseriusan kita akan pengharapan hidup abadi yang telah disediakanNya?

Semoga catatan ini menggugah saya kembali atas apa yang telah kulakukan selama ini. Atas sikap dan tingkahlaku perutusan yang telah kuterima. Atas berbagai tanggungjawab yang sesungguhnya kulakukan untuk meraih harapan jiwaku itu.

Tuhanlah kiranya menguatkanku untuk secuil catatan ini.

Pekanbaru, 7 Januari 2017

Sabtu, 03 Januari 2015

Tuhan Yang Menjagaiku dari Berbagai Persoalan

Saya sangat terkesan dengan Kotbah Malam tahun baru lalu yang diangkat dari Mazmur 121;1-7 (Nyanyian ziarah. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam. TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu.) Renungan yang sangat menggugah ditengah pergumulan ekonomi yang terus menggerogoti pikiran. Terutamanya memasuki tahun baru 2015 ini.

Ya. Sungguh menjadi panggilan yang sangat serius, untuk tidak lagi berkutat dalam pemikiran maupun model berfikir yang kita miliki. Menggantungkan persoalan kepada teori-teori maupun sistematika berfikir yang terus berkembang. Tetapi, yang pertama dan terutama adalah datang membawa segala pergumulan itu junteru kepada Tuhan yang selalu menjaga kita dari segala persoalan hidup.

Memang pertanyaan yang dilontarkan pemazxmur ini, ia juga yang menjawabnya dengan memahami dan mengimani perjalanan hidup yang telah dilalui dan dilakukannya selama dia bernafas. Dan itulah pesan yang disampaikan kepada mereka yang mengimani Tuhan yang disembah pemazmur ini. Jika Tuhan yang memberikan pertolongan, dan yang tidak pernah terlelap menjaga Israel juga menjaga pemazmur ini, itu jugalah yang perlu diimani oleh yang mempercayaiNya. Tuhan akan menjagai dari segala ancaman, kecelakaan, dan menjaga nyawamu.

Dahsyatnya renungan memasuki Tahun 2015 ini, untuk berserah pasrah kepada Tuhan semata. menghantarkan persoalan yang sedang dihadapi dalam persekutuan dan komunikasi yang intens kepadaNya. Yakin dan percaya, Tuhan akan menolong memberikan solusi dan membahagiakan hidup seturut kehendakNya. Walau mungkin persoalan itu seakan menenggelamkan, menghanyutkan bahkan menghilangkan nyawa kita, tetapi dalam keyakinan kepada Tuhan Pencipta semesta itu akan teratasi. Ia akan datang segera menolong kita, dan mendampingi bahkan menggendong kita dalam gelombang samudra yang menghanyutkan jiwa kita itu. Dan diakhirnya, pasti akan membawa kemuliaan Tuhan.

Menjadi pertanyaan,

Kini tinggal imanku yang perlu kuletakkan kepadaNya. Tuhan, kuatkan aku melakukan kehendakMu ditahun 2015 ini, menjadi saluran kasihMu kepada yang membutuhkannya. Menjadikan keluargaku hidup dalam kehendakMu saja. Dan percaya bahwa Tuhan akan menguatkan kami mengarungi gelombang samudra hidup yang semakin membesar. Ampuni aku Tuhan.

Amin.
Awal tahun 2015


















Kamis, 25 Desember 2014

Hikmah Natal

Ketika Natal direnungkan dan dirayakan, dihayati dan dimeriahkan, dinikmati dan di gebyarkan. Hiruk pikuk dan riuh gemuruh bergema bagai bersahut-sahutan. Dimana-mana alunan lagu serta semarak perayaan bertalutalu, seolah waktu semuanya tersita, hanyut di kemeriahan ritual yang telah rutin dilaksanakan. Seolah realita masalah hidup yang sedang dihadapi sejenak 'disingkirkan', terbaur dalam kegempitaan perayaan.

Lalu timbul jadi pertanyaan. Apa yang direnungkan, apa yang dirayakan, apa yang dihayati dan dimeriahkan, apa yang dinikmati dan digebyarkan? Apakah kelahiran bayi suci yang dipalungan dan di kandang domba? Apakah penolakan warga untuk memberi tumpangan bagi si ibu yang akan melahirkan? Apakah kelahiran seorang bayi dari seorang perempuan yang belum menikah? Apakah perjalanan panjang Maria dan Yusuf dari Nasaret ke Yudea yang hanya menggunakan seekor keledai tumpangan? Apakah perintah Raja Herodes yang membunuh bayi dibawah dua tahun di masa kelahiran Kristus itu?

Bukankah semua itu terjadi karena realita penolakan manusia atas kehadiran Sang Raja? Ditolak di semua rumah bahkan tempat penginapan. Ditolak karena ketidakpekaan mata hati manusia melihat seorang ibu yang sedang hamil tua. Ditolak karena kekhawatiran akan munculnya 'calon' pemimpin yang baru lahir, yang menurut pikiran manusiawinya Herodes, akan merebut posisi tahta kekuasaannya. Ditolak karena anggapan dan asumsi adat yang sangat ketat, yang menolak kehamilan diluar nikah. Ditolak karena berbagai kamuflase yang sengaja maupun tidak, sebagai alasan tidak menerima kehadiranNya.

Lalu. Sekarang, jika sesungguhnya kita sudah mendengar dan memahami, mengerti dan mempercayai proses kelahiran Sang Raja Yang kita rayakan itu. Apakah kita masih menolak Kristus lahir dalam hati, jiwa bahkan kehidupan kita? Masihkah kemeriahan dan kemewahan perayaan dengan berbagai pernak-pernik hiasan natal dan makanan natal yang kita banggakan bagi kelahiran Kristus Raja yang lahir dipalungan kandang domba itu? Akankah kita menolak kelompok lain dan melakukan 'pembunuhan karakter' demi kekalnya kedudukan kita?

Kehadiran Kristus ke dunia adalah sebagai Firman, yang telah menjadi Manusia, Ia sendiri adalah terang, yang menerangi segala yang gelap, menembus relung hati, kebenaran yang menembus segala kelaliman. Ia sendiri yang berprakarsa, melakukan yang DIA inginkan, menembus segala sekat yang ada. Bukan karena pihak lain, atau aturan apapun. Juga bukan karena perlakuan dan keinginan kita semata. Jika Ia berkehendak, tak satupun bisa menolak KuasaNya. KeinginanNya adalah mutlak abadi, kekal hingga selama-lamanya.

Selamat Hari Natal, 2014

Minggu, 02 November 2014

Dirigent Vs Countem of Conductor

Dalam sebuah paduan suara, pemimpinnya disebut dirigent, atau conductor. Ia akan memimpin semua peserta paduan suara untuk membunyikan suara yang harmonis, terpadu dan seirama. Sehingga enak didengar. Kepemimpinan yang demikian sering sangat peka terhadap hal-hal kecil yang sedikit sumbang, menggangu pendengarannya sehingga suara yang terdengar kurang harmonis.

Hal yang mengganggu seperti itu sangat sering terjadi, sehingga dituntut bagi seorang dirigent yang berhadapan langsung dengan yang dipimpinnya, untuk menyatukan hati, pikiran dan tujuan yang sama dengan peserta paduan suara. Menyatu dalam ekspresi, volume, serta dinamika yang sudah tertuang secara tertulis pada partitur lagu yang dinyanyikan. Dengan demikian, dengan membaca partitur yang sama, dan pemaknaan yang sama akan isi tulisan, akan menghasilkan suara yang indah itu tadi.

Dalam percaturan politik di Indonesia yang kini sedang terjadi, dimana kekacauan komunikasi dipertontonkan oleh para legislatif di DPR, saya melihat telah terjadinya sebuah contra  dirigen, atau yang saya sebut sendiri sebagai 'Countem of Conductor'. Hal mana antara pemimpina dan peserta saling bertolak belakang. Yang menghasilkan suara yang jelas sangat sumbang dan tidak enak di dengar.

Lalu siapakah dirigent dan siapa kelompok 'paduan suara'nya? Kisruh pasca pilpres yang mengkotakkan dua koalisi di parlemen yaitu Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang dimotori oleh PDIP dan PKB, Nasdem, Hanura, serta Koalisi Merah Putih (KMP) yang dimotori oleh Partai Gerindra, dan Golkar, PKS, PPP. PPP pasca pemilihan ketua MPR bergabung dengan KIH, dan Demokrat, walau disebut netral, namun tetap lebih condong bergabung dengan KMP.

Countem of Conduct tersebut adalah antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan KMP. Ketidak sukaan KMP dengan Presiden ke-5 ini telah mereka pertontonkan dalam sebuah ketidak senangan. Mereka menunjukkan 'perlawanan' untuk kepentingan kelompoknya yang tidak tercapai. Akibatnya suara yang dihasilkan sangat tidak enak didengar. Sebagian menyebut mereka seperti Taman Kanak-kanak sebagaimana sebutan Presiden ke-4 Gus Dur.

Tentunya kita berharap, mereka akan menyuarakan sesuai partitur yang sama yaitu 'Pancasila dan UUD 45', untuk kepentingan seluruh bangsa Indonesia. Sehingga jika partiturnya sama, dan ekspresi membacanya juga sama, tentu akan menghasilkan suara yang sangat indah.

Namun, kapan??? Berapa lama lagi para politisi ini mampu merobah diri, merevolusi mental.

Kamis, 07 Agustus 2014

Yesus Berjalan di Atas Air

Bacaan pengantar: Matius 14:22-23
Ketika Yesus berjalan di atas air, sejumlah asumsi yang muncul: Kenapa Yesus memilih berjalan diatas air, apakah tidak ada perahu ketika itu? atau mungkin ada, tapi Yesus tidak bisa mendayung perahu tersebut? Hanya Yesus lah yang tahu kenapa DIA memilih berjalan diatas air.
Yesus berjalan diatas air adalah menunjukkan Kuasanya kepada murid-muridnya yang sedang berlayar. Laut yang penuh gelombang adalah gambaran kehidupan yang penuh masalah, persoalan, tantangan. Tak satupun manusia di dunia ini yang terlepas dari masalah, tantangan, maupun persoalan hidup. Demikian juga perahu, sebagai sarana transportasi air mengarungi samudra, laut tersebut. Perahu bagi setiap orang yang percaya kepada Kristus adalah Iman percaya yang dimilikinya.
Ketika perahu yang ditumpangi para murid-murid memasuki lautan, menghadapi perputaran gelombang angin laut dan angin darat yang terjadi sekitar pukul 3 dini hari. Ketika iman percaya kita kepada Yesus dihadapkan pada persoalan hidup dan mati. Angin yang datang dari darat menghempaskan perahu itu menuju lautan yang luas, menuju runyamnya kerumitan persoalan kusut yang sedang dihadapi, yang seolah-olah menghempaskan perahu itu semakin jauh meninggalkan Yesus yang masih ada di darat. Sekaligus juga menghadapi putaran angin laut yang menuju ke darat, yang terus menghempaskan perahu mereka di lautan. Yang terus memutar haluan kearah yang tidak jelas tujuan, maupun juntrungannya. Tetapi, ternyata Yesus itu datang dan tenang menghampiri mereka dalam perahu tersebut. Dalam ketidaktahuan mereka, Yesus datang membantu mereka menghadapi gelombang angin sakal tersebut.
Anehnya, dalam situasi pikiran dihadapkan pada kuatnya gelombang tersebut, mereka melihat Yesus yang datang itu sebagai hantu. Ketika persoalan yang kita hadapi itu semakin mendesak, ketika pikiran kita terus ditolak, ditekan dan didesak oleh keingin untuk terlewatkannya persoalan kritis yang kita hadapi, ketika kelelahan dan beban mental membuat mata kita kabur melihat, malah tidak mampu melihat Tuhan yang datang membantu. Sehingga Tuhan yang datang itu disebut 'hantu', begu. Yang bagi orang Batak disebut sebagai bagian roh jahat, iblis. Itulah kekuatan pikiran manusia.
Lihatlah, Yesus itu sungguh hadir tepat waktu, sekitar pukul 3 dini hari, dikala persoalan semakin berat, seolah tak mampu lagi kita menghadapinya. Dia sendiri yang datang membantu, menguatkan dan menyelamatkan, dan menyapa serta mengatakan "Tenanglah! Aku ini. Jangan takut".
Wahh. Sungguh dahsyat Tuhan itu. Dia sendiri berinisiatif menolong kita. Dia sendiri yang menenangkan jiwa kita. Dia sendiri yang meyakinkan kita dan mengatakan "Jangan Takut". Lalu, masihkah kita takut atas berbagai persoalan berat yang kita hadapi? Masihkah pikiran yang mendominasi tindakan kita, dan tidak berserah kepada Yesus yang datang itu? Kuatkah iman kita menempatkan DIA dan kuasaNya yang menolong kita menghadapi gelombang badai yang dahsyat? Atau, masihkan kita setengah hati seperti Petrus yang tidak begitu teguh mempercayai kedatangan Yesus, yang terus dipengaruhi kekuatan gelombang angin laut, yang terus didesak oleh pilihan kehendak kita, dan tidak menempatkan pilihan kehendak Tuhan yang utama sehingga dia hampir tenggelam. Sering doa-doa kita memohon kepada Tuhan untuk terlepas dari berbagai persoalan yang kita hadapi, memohon kesembuhan bagi anggota keluarga yang sudah divonis dokter hampir mati.
Tuhan itu jauh lebih besar dari berbagai persoalan yang kita hadapi. Dia datang tepat waktu memberi pertolongan, meneguhkan jiwa, semangat dan keperluan kita lainnya. Dia memberikan kekuatan untuk meneguhkan iman percaya kepadaNya. Dia menyelamatkan kita dari berbagai persoalan yang kita hadapi. DIA telah merancangkan kehidupan yang indah, yang tak terselami oleh logika berfikir manusia. Bahkan jauh sebelum kita lahir kedunia.
Lalu apakah kita akan berpasrah diri menghadapi berbagai persoalan? Akankah kita menyatakan, terserah-MU-lah Tuhan, sehingga kita tak berusaha sedikitpun, tak melakukan apapun. Tuhan tidak menginginkan kita berpangku tangan, bertopang dagu, berkeluh kesah dalam setiap masalah yang kita hadapi. Tuhan menginginkan kita berbuat, melakukan usaha dalam menghadapi masalah yang kita hadapi, serta senantiasa menempatkan kuasa Tuhan yang berkehendak atas hasil akhir dari setiap usaha kita itu.  Tuhan pasti datang tepat pada waktunya. Tinggal kita perlu mempercayai kedatanganNya, penyertaanNya.
Percayalah.

Pekanbaru, sepulang sermon

Minggu, 08 Juni 2014

Peringatan Turunnya Roh Kudus

Nats pilihan kotbah hari ini yang diangkat dari I Korintus 12;3-13 sungguh menguatkan pemahamanku untuk meyakini kehadiran Roh Allah Maha Kudus ke dunia ini. DIA selalu berkarya membarui ciptaanNya, menghadirkan kedamaian sorgawi di dunia, keadilan bagi ciptaanNya, serta membangun kebaikan ciptaan sesuai karunia masing-masing, sebagaimana pada mulanya adalah baik. Pengantar kotbah dari Mazmur 104;24-34 menunjukkan kebaikan Tuhan yang sungguh indah itu, kebesaran dan keagungan KuasaNya yang Maha Tinggi, tak tertandingkan oleh apapun yang ada di dunia ini. Sungguh betapa Allah patut kupuji dan kusembah.

Dunia yang terus dibarui ini bertumbuh, berkembang dalam pemikiran, tindakan, karakter dan hubungan antar sesama. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengasah ketajaman berfikir, menganalisa masa lalu sekaligus memprediksi masa depan, walau tetap dalam keyakinan bahwa Tuhan Yang Empunya Waktu itulah penentu dari segala yang terjadi. Dalamnya proses berfikir, tingginya capaian asa, sebagaimana karunia yang telah diterima masing-masing, semua diarahkan kepada hidup dibalik kematian kelak. Pengabdian kepada Tuhan melalui sesama, kepedulian atas lingkungan hidup dan dunia ciptaan direfleksikan dalam aksi nyata.

Umat ciptaanNya yang terus dibarui Roh Kudus ini pun terus digoda oleh kuasa kegelapan yang senantiasa mengintai untuk membantai jiwa-jiwa. Roh materialisme dan konsumerisme menggerogoti detik-detik kehidupan manusia. Kuasa yang diterima dariNya, digeser dan dibelokkan hingga tidak lagi pada jalur yang disediakan Tuhan. Ketajaman berfikir terperdaya mengeksploitasi tanpa batas. Asa kehidupan abadi dihauskan egoisme di dunia ini. Duniapun semakin kacau balau, ciptaan hancur berantakan tak terkontrol. Pembunuhan dimana-mana, kebencian terus ditabur, Tuhan semakin ditinggalkan

Disinilah peringatan Turunnya Roh Kudus, mengingatkan bahwa kuasa yang telah diberikan Tuhan itu, kelak akan dipertanggungjawabkan masing-masing. Komunikasi yang kita lakukan secara sadar atau tidak sadar, baik terhadap orang-orang disekeliling kita, suami/isteri, anak-anak maupun tetangga, lingkungan hingga kepada Tuhan, selayaknyalah dilakukan bersama Roh Kudus itu. Karena IA diutus untuk senantiasa membarui ciptaanNya. Membarui komunikasi diatas, pengabdian dan kepedulian, proses berfikir hingga analisis yang kita lakukan.

Jika semua itu kita lakukan dalam kesadaran akan bersama Roh Kudus, kitalah teman sekerja Allah untuk membangun dan membarui bumi ciptaanNya ini. Inilah yang perlu secara terus menerus kita koreksi kedalam diri, tanpa terlebih dahulu menanya orang-orang disekeliling. Tanyakan kepada Tuhan dalam setiap doa yang kita panjatkan. Tuhan akan menyebut, 'Aku Senantiasa Menyertaimu'.

Selamat memperingati Turunnya Roh Kudus


Jumat, 30 Mei 2014

Memaknai Kenaikan Kristus

Kenaikan Kristus ke Sorga adalah tahapan nyata dalam pertumbuhan menuju kedewasaan iman. DIA yang sebelumnya tinggal dan bersama murid-muridnya di dunia ini, sepanjang waktu memberitahukan tugas yang diembanNya dari BapaNya, lahir-mati sebagaimana manusia tetapi kematianNya hanya untuk menebus dosa manusia. Dan saatnya DIA kembali kepada BapaNya, meninggalkan orang-orang pilihanNya dengan semua pengajaran yang telah dilakukanNya.

Saatnya orang-orang pilihanNya itu membuktikan kesetiaan atas pengajaran yang telah dilakukan oleh Kristus tersebut. Menunjukkan apakah benih iman yang telah disemai, ditanamkanNya itu akan bertumbuh, dan semakin dewasa hingga berbuah sebagaimana diharapkanNya.

Secara iman, walau Kristus itu jauh dari bumi, di Sorga, namun IA hadir dimana-mana (omnipresent). Dia mengetahui segala sesuatu yang terjadi. Bahkan banyak rambut yang gugur sekalipun diketahuiNYA. Dia berkuasa atas apapun yang ada di bumi dan di Sorga.

Oleh karena itu, selayaknyalah menunjukkan kedewasaan iman orang-orang pilihanNya itu dalam setiap tingkah-langkahnya, komunikasi interaktif dengan dunia dan sesama dalam kesadaran bahwa IA juga ada disana di dekatnya. Artinya, tingkah laku orang-orang pilihanNya itu diketahui dan dilihatNya. Bahkan ketika menghadapi pergumulan berat, persoalan hidup di dunia yang penuh tantangan dan rintangan, Dia juga ada bersama mengatasi persoalan tersebut. Sehingga tidak ada alasan untuk melakukan hal-hal yang tidak disukaiNya, tidak sesuai dengan pengajaranNya. Dan bagi orang-orang masa kini, tidak sesuai dengan firmanNya yang telah ditulis pada Alkitab.

Lalu bagaimanakah sikap terhadap mereka yang berbeda pemikiran dengan orang-orang pilihanNya itu? Dalam hal inipun Tuhan senantiasa melihat hati dan pikiran setiap orang. Oleh karena itu, perbedaan yang terjadi bukanlah untuk menindas atau meniadakan perbedaan yang ada. Perbedaan tersebut adalah menunjukkan kesempurnaan ciptaanNya. Dan itu akan terlihat dalam interaksi komunikasi yang tercipta, untuk saling membangun, membangkitkan semangat menuju Kristus yang mencipta dunia ini.

Marilah kita secara bersama-sama membangun kebersamaan dan hubungan yang baik tersebut.
Tuhanlah Yang dimuliakan.

Hari Peringatan Kenaikan Tuhan Yesus thn 2014

Minggu, 11 Mei 2014

Tuhan Adalah Gembalaku (Mazmur 23)

Refleksi Kotbah Hari Ini, Minggu 11 Mei 2014

Telah banyak menempatkan nats ini sebagai refleksi atas berbagai kepemimpinan duniawi. Menyebut pemimpin adalah sebagai gembala (pelayan dalam bahasa umum) menghantar para domba yang dipimpinnya kepada pilihan yang memberikan kenikmatan. Padang rumput yang hijau, sungai yang menyejukkan, hingga menenangkan gelombang persoalan yang dihadapi.

Disisi lain merefleksikan kepemimpinan sebagaimana dilakukan para militer yang tegas, keras, berdisiplin tinggi, tanpa tedeng aling-aling, kuat dan kokoh. Semua gambaran militeristik disematkan kepadanya. Hingga yang tidak tunduk akan dihukum.

Berbagai pandangan yang muncul menimbulkan tarik menarik dalam kekuatan kepemimpinan yang ada. Mereka lupa, sebagaimana Daud dalam nats ini berpesan, 'Tuhan adalah Gembalaku'. Pesan Daud adalah, menjadi pemimpin yang bagaimanapun, bidang apapun, yang terutama adalah menempatkan Tuhan dalam kepemimpinannya. Tuhan tidak menginginkan kematian, pembunuhan, pencurian, perzinahan, kelaliman. Tuhan menempatkan jiwa dalam kepemimpinanNya.

Dengan demikian, Tuhan tidak menginginkan kematian jiwa, pembunuhan nurani maupun semangat, pencurian karya cipta harta yang bukan miliknya. Perzinahan semangat jiwa, melampiaskan hasrat keinginannya kepada yang tidak sebenarnya. Memperkosa hak azasi.
Yang diinginkan Tuhan adalah, memanusiakan manusia, menghidupkan semangat untuk terus bertumbuh, memberikan segala hak terutama seturut kinerja. Membangun persekutuan, kesaksian, dan pelayannan ditempat kita memimpin. Baik sebagai pemimpin di keluarga, kelompok, tempat kerja, gereja, masyarakat maupun bangsa. Jika Tuhan didepan, semua akan terselesaikan.

Selamat menjadi Gembala

Rumah Tangga Kristen

Bagi Orang Kristen, Rumah Tangga adalah sebuah bangunan yang didirikan oleh Kristus bagi mereka yang telah dipilihNya menjadi sebuah keluarga baru. Bangunan rumah yang dibangun oleh Kristus itu adalah kudus, sebagaimana IA yang membangun itu adalah kudus adanya.

Ketika dua sejoli, yang dipertemukan oleh Allah, telah sepakat untuk membangun keluarga baru, mereka mempersiapkan diri menghadap Allah. Laki-laki dan perempuan meninggalkan keluarganya, untuk datang kehadapan Allah, kerumah Tuhan untuk diberkati memasuki rumah baru yang telah dibangun oleh Kristus tersebut. Dihadapan Allah, dan jemaat yang hadir pada pemberkatan tersebut, Pendeta sebagai hamba dan mewakili Allah, yang memimpin pemberkatan bertanya kepada pengantin laki-laki 'apakah engkau menerima pasanganmu ini, dalam segala kekurangan dan kelebihannya, duka maupun suka, sehat maupun sakit, akan mendampingimu hingga Tuhan memanggilmu kelak?'. Demikian juga perempuan ditanyakan hal yang sama. Dan masing-masing akan menjawab dengan tidak bersamaan, 'ya' semoga Tuhan menguatkan saya.

Jawaban yang berupa janji tersebut sesungguhnya bukan hanya kepada pendeta yang memimpin ibadah, atau jemaat yang menghadiri upacara pemberkatan, tetapi jawaban, janji kepada Tuhan yang memberikan rumah tangga baru itu untuk mereka masuki.

Dengan demikian, setelah Tuhan memberkati keluarga baru tersebut, dan mereka memasuki rumah tangga baru tersebut, kehidupan mereka yang awalnya dibentuk dari saling menerima, haruslah dibangun berakar dan didasarkan kepada Tuhan yang membangun rumah tangga tersebut. Apapun yang dilakukan dalam hubungan suami isteri adalah kudus dihadapan Tuhan.Dan Tuhan pasti akan menguatkan mereka dalam menghadapi berbagai gelombang samudra persoalan hidup.

Sejalan dengan itu, fenomena perceraian yang semakin bermunculan,terutama dikalangan Kristen, adalah gambaran pengingkaran terhadap janji yang diucapkan kepada Allah dan sesama manusia. Ingkar terhadap Tuhan yang memberkatinya, ingkar kepada sesama yang menyaksikannya, dan ingkar kepada Tuhan yang akan menguatkan mereka berdua. Oleh karena itu, sebagaimana perlakuan kita kepada orang-orang yang mengingkari perjanjian bersama, demikianlah sikap kita kepada mereka yang mengingkari janji pernikahan tersebut. Terkecuali, jika mereka dipisahkan oleh kematian.

Beratnya tantangan iman ini, direfleksikan dalam kehidupan nyata dalam berkeluarga. Walau sering perbedaan pemikiran, pendapat, metode, maupun jalur yang mereka ketahui dan perdebatkan, namun jika itu ditempatkan pada kehendak Tuhan yang akan menguatkan mereka menjalani persoalan itu, akan terlewatkan dengan sukacita dariNya. Uniknya dua pribadi yang sangat berbeda, tetapi karena disatukan dalam Tuhan, maka perbedaan tersebut tak akan menjadi persoalan.

Itulah sebabnya selalu disebut untuk senantiasa mendahulukan Tuhan dalam rencana pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh keluarga tersebut. Menempatkan doa kepada Tuhan sebelum mengambil keputusan dari pilihan yang berbeda tersebut. Yakin Tuhan akan menerangi.

Sudahkah Tuhan menjadi Kepala didalam rumah tanggamu?

Pekanbaru, Mei 2014

Kamis, 01 Mei 2014

Pekabaran Injil

Tugas Pekabaran Injil sesungguhnya menjadi tugas sebagai orang percaya. Yang mengaku percaya kepada peristiwa kebangkitan Kristus dari kematian, menunjukkan keyakinannya itu melalui berbagai sisi kehidupan yang dilakoninya.

Sejenak melihat peristiwa kebangkitan itu. Maria dan Petrus yang mewakili manusia yang pernah dekat denganNya, datang ke kuburan, ketempat orang mati. Maria menangis, karena pikirannya menduga Yesus yang mati itu telah dicuri orang. Kematian adalah simbol kegelapan, penderitaan, keputusasaan, hilangnya semangat, hilangnya keyakinan maupun percaya diri, tidak mampu berbuat apa-apa, dan lain-lain. Tetapi Yesus yang bangkit itu berseru 'kenapa engkau menangis'. Kebangkitan Yesus adalah terang, membawa kehidupan yang menghidupkan, membangun solidaritas, persahabatan, persaudaraan, persekutuan, dan keyakinan Tuhan senantiasa bersama orang percaya. Yesus berseru, setelah kebangkitannya itu orang percaya tidak lagi melihat kematian itu. Tetapi melihat kepada kebangkitannya. Kebangkitan yang menjadi dasar dalam kehidupan sosial dimanapun kita berada. Kehidupan yang menghidupkan, yang membangun solidaritas, menghibur yang menderita, membangun persahabatan.

Pekabaran Injil adalah mengabarkan peristiwa kebangkitan itu melalui berbagai aktifitas. Tanpa seruan atau mengajak untuk mengikut Yesus, tapi menunjukkan sifat, karakter yang terbangunkan lewat kebangkitan itu. Tapi membangkitkan semangat hidup yang telah menurun dan lesu karena berbagai persoalan ekonomi maupun zaman yang semakin konsumtif. Membangun solidaritas bagi yang tertindas, menderita, menangis, seperti seruanNya kepada Maria. Membangun persahabatan dan persaudaraan yang tulus sebagaimana IA meminta kepada Maria untuk mendahuluiNya ke Emmaus.

Tugas yang sering dianggap berat ini perlu lebih dikonkritkan dalam jangkauan yang lebih dekat. Sehingga tidak hanya yang jauh, sebagaimana sering menjadi perdebatan karena keengganan ber-zending. Walau sesungguhnya, dengan melakukan kegiatan zending keluar inilah ciri gereja yang hidup. Jika yang dekat terus disemangati, disemaikan setiap waktu, dipupuk dan disiram, kelak akan berbuah sebagaimana harapan DIA yang mengutus tugas pekabaran injil itu kepada semua mahluk.

Marilah kita melakukannya.
Bulan Zending, (1) Mei 2014

Senin, 28 April 2014

Kebangkitan Kristus Adalah Dasar

Pernyataan diatas sangat mendasar mendorong semua orang percaya untuk melihat peristiwa Kebangkitan Kristus sebagai dasar bagi seluruh aktifitas yang mungkin dilakukan. Ia mengingatkan kita untuk melihat 'kehidupan'itu. Tidak lagi melihat kematian Kristus. KemenanganNya melawan kuasa maut adalah wujud nyata betapa tak satupun di dunia ini yang mampu menandingi kehebatan dan kuasa Tuhan itu.

Semua yang hidup di dunia selalu memasuki dunia kematian yang abadi, namun Tuhan yang berkuasa itu melawan kuasa kematian itu, dan DIA menang. Dia bangkit, memberikan pencerahan baru, hidup baru, dan kemenangan yang paling hakiki. Kemenangan yang tidak dimiliki oleh siapapun didunia ini. Kemenangan yang menghidupkan, yang memberi semangat baru yang tak terkalahkan oleh apapun. Semangat untuk melawan segala kuasa yang ada di dunia. Semangat untuk melawan segala persoalan yang kita hadapi, karena persoalan apapun yang menghadapi kita atau yang kita hadapi tidak akan menahan kita dalam kuasa kematian. Walau mungkin kita terasa seperti tak kuasa, namun bersama DIA yang punya kuasa itu, kemenangan akan ada di pihak kita.

Oleh karena itu, jangan lagi takut, apalagi kuatir atas apapun persoalan yang kita hadapi. Persoalan berat yang kita hadapi, sebagaimana Kristus berdoa di taman Getsemani untuk persoalan kematian yang akan dihadapinya, akan terselesaikan, terlampaui dengan baik jika kita bersama DIA yang Empunya Kuasa itu.

Dan itu jugalah dorongan dan ajakan Yesus kepada orang-orang yang percaya pada kebangkitannya itu, untuk tidak takut dalam persoalan hidup. Hadapi persoalan bersama Tuhan, tidak dengan angkuh, pongah, sombong, egois. Tapi dengan kerendahan, kelemahlembutan, keyakinan akan penyertaan Tuhan, dan keyakinan bersama Tuhan semua akan terlewatkan.

Renungkanlah. Ketika Kristus diperhadapkan pada persoalan yang dibuat-buat pemerintah penjajah Romawi, tak sekalipun dari mulutNya menyebut IA sebagai Tuhan dan Juruselamat. Tak sekalipun dari mulutNya mengajak orang-orang sesat yang menghukumNya itu untuk mengikut DIA. Malah DIA menyebut, 'Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tau apa yang mereka perbuat'. Itulah dasar yang sangat dalam. Dasar dalam semua komunikasi sosial, kegiatan dimanapun, pekerjaan apapun, usaha apapun. Dengan demikian akan menyinarkan cahaya terang yang kita miliki. Menjadikan kita menjadi bahagian dari solusi persoalan orang lain. Menjadikan kita berguna bagi siapapun. Dasar dari semua kebijaksanaan yang mungkin kita ucapkan, lakukan, lakonkan.
Semoga Tuhan yang menguatkan itu padaku.

Pekanbaru, April 2014

Minggu, 20 April 2014

Pembekalan Parjamitaon

Semangat teman-teman parhalado HKBP Immanuel Ressort Pekanbaru II dalam keinginan melaksanakan pembekalan parjamitaon, menurut saya tergolong antusias. Saya kurang yakin, apakah semangat itu akan berdampak lurus bagi pelaksanaannya kelak yang rencananya akan dipimpin Pdt DR Victor Tinambunan. Dosen STT HKBP di Pematang Siantar ini sudah menyambut baik rencana tersebut, dan membuka diri untuk hadir di Pekanbaru.

Beragam asumsi seputar parjamitaon yang sering terlintas di benak. Diantaranya, apakah parjamita menyampaikan tafsirnya pribadi atas nats? apakah pesan yang disampaikan terkait dengan kehidupan pribadi yang berkotbah? bagaimana kotbah yang sering disebut mengaitkan dengan pribadi orang-orang tertentu yang ada di pertemuan tersebut? baik mengaitkan dengan hal-hal yang baik dan benar, atau bahkan 'menyerang', mendukung atau konfrontir. Dimana posisi kotbah yang baik dan benar?
Bagaimana secara etika parjamitaon tentang kebiasaan membuat lelucon, tepuk tangan applaus, sindiran, promosi, atau bahkan kampanye? tentang pengkotbah yang menyediakan dan minum air minum ketika sedang berkotbah, tentang pengkotbah yang sering jalan-jalan sambil berkotbah, tentang kotbah yang didramatisir? tentang perlunya latar belakang pendidikan atau pemahaman teologis (apakah STh, sintua, atau jemaat biasa)? tentang kotbah yang dibacakan, yang tidak punya konsep, yang kuran dipersiapkan, atau yang tidak pernah ditulis sehingga ketika pengkotbah ditanya tentang kotbahnya bulan lalu atau dua-tiga bulan lalu, dia sendiri yang tidak tahu bahwa ia pernah mengkotbahkannya.

Satu menjadi pertanyaan, apakah setelah pembekalan ini kelak akan 'menghasilkan' parjamita yang menarik, baik dan benar? ataukah kegiatan ini hanya pelipur lara, penambah program tanpa kejelasan arah setelah diberdayakan. Atau justeru menimbulkan persoalan baru diluar arah yang diharapkan dari pembekalan parhalado ini? Semua masih berkecamuk dalam perjalanan waktu persiapan kegiatan.

Tuhan lah yang menguatkan dan membekali parhaladoNya.
Salam

Ke-Agung-an Paskah

Perayaan Paskah sekarang ditandai pada peringatan kebangkitan Yesus dari kematian. Prosesi kebangkitan Yesus dari kubur sangat jelas membutuhkan pemahaman iman yang sangat dalam. Mempercayai bahwa Yesus yang bangkit itu adalah benar adanya, bukan dicuri penjaga kebun sebagai mana secara spontan dilontarkan oleh Maria Magdalena ketika itu. Naluri manusia memang melekat bagi Maria dan sejumlah muridnya yang pergi kekubur di pagi kebangkitan itu. Naluri manusiawi yang mengarah kepada kematian dan dunia orang mati yang telah dilalui dan dikalahkan Yesus. Bahkan naluri yang menyebut Tuhan yang dicuri, atau dipindah-pindah itu pun datang dari sisi manusiawi. Namun Yesus yang telah bangkit itu berseru "Ibu, mengapa engkau menangis ? Siapakah yang engkau cari ?".

Kegalauan yang dihadapi Maria dan murid-murid itu menunjukkan belum dalamnya pemahaman mereka atas Ke-Tuhan-an Yesus. Sekaligus menjadi pertanyaan bagi diriku, seandainya saya yang datang kekubur ketika itu, apakah juga seperti mereka? memandang ke arah kubur, ke kematian yang sudah dikalahkan Yesus itu?

Namun Maria segera sadar bahwa ia sungguh sedang berbicara dengan Yesus yang sudah bangkit itu. Begitu ajaibnya kuasa Yesus, Ia sendiri mengalahkan kekuatan dan kuasa kematian. Kematian tidak mengikatnya lebih lama dari yang pernah disampaikannya. IA sendiri menyebut akan bangkit pada hari ke-tiga. Dan itu ditepatiNya.

Setelah Maria mengungkapkannya, setelah para Rasul memberitahukannya, dan Alkitab menulisnya, saya juga percaya atas kebangkitanNya itu.Percaya kepada kehidupan yag telah diberikan oleh Kristus. Tidak lagi kepada kematian, tetapi mengarah kepada hidup abadi, hidup yang telah disediakan Kristus di sorga, setelah IA melaksanakan tugas utamanya di dunia ini.

Inilah sesungguhnya menjadi pesan Paskah sepanjang waktu, untuk senantiasa melihat kepada kehidupan, hidup yang menghidupkan. Tidak lagi kepada kematian yang telah dikalahkanNya. Tidak lagi kepada mematikan apapun yang ada disekeliling. Mematikan kreatifitas, ide, semangat, perjuangan, apalagi manusia. Tetapi senantiasa menghidupkan semangat, kreatifitas, perjuangan, ide yang menghidupkan itu.

Dengan demikian, tepatlah menyanyikan semangat
          Kristus sudah bangkit,
          berdirilah teguh,
          dan giatlah selalu,
          dalam pekerjaan Tuhan

Selamat Paskah 2014

Jumat, 18 April 2014

Salib, Jumat Agung dan Paskah

Mengimani peristiwa penyaliban Kristus, tidaklah sepenggal pada proses tersebut. Diawali pada kejatuhan manusia pertama kedalam dosa, dimana Allah telah menghukum manusia pertama itu bersama istri yang mendampinginya dan binatang ular yang menjadi alat iblis mempengaruhi mereka. Manusia yang diciptakan Allah itu sempurna adanya, tapi telah jatuh kedalam jurang maut sebagai upah dosa yang dilakukan sendiri.

Jika proses kejatuhan manusia ini dibiarkan Allah, maka manusia selamanya akan terikat dalam kematian yang abadi, dimana siksa, perseteruan dan kertakan gigi menjadi alamnya. Tetapi kasih Allah begitu besar, sehingga IA mengutus AnakNya yang Tunggal, Yesus Kristus, untuk memutus jalur kematian abadi tersebut, menyelamatkan manusia dari dosa, dan menyediakan tempat di sorga, bagi orang-orang yang percaya kepadaNya. Tugas yang amat sangat berat tersebut, dilalui Allah yang menjelma menjadi manusia, hidup sebagaimana dirasakan dan dilalui manusia ciptaanNya itu. Dan akan memasuki dunia kematian bukan karena dosa yang dilakukanNya, tetapi dosa yang dilakukan oleh semua ciptaanNya itu.

Sehingga proses penyaliban yang dilalui Yesus Kristus adalah sebuah keuntungan bagi orang berdosa. Kristus rela mati melalui jalan hidup manusia biasa, jalan via Dolorosa. Jalan penderitaan, kesaksian palsu dan diludahi, cerca dan siksa, cemeti dan mahkota duri, hingga penyaliban di bukit Kalvari. Sebagai manusia biasa tentulah semua ini sangat tidak tertanggungkan. Tetapi Tuhan yang telah mengetahui jalan tersebut sebelumnya, dan merasakan beratnya jalan yang akan dilalui. Bahkan Ia meminta kepada BapaNya, jika boleh cawan tersebut berlalu dari hadapanNya. Tetapi yang terjadi bukanlah kehendakNya, tetapi kehendak BapaNya. 7 perkataan yang diucapkan Yesus dari salib, adalah pesan jalan yang dilaluiNya untuk memutus rantai kematian abadi itu. IA sendiri masuk kedalam maut, dan melawan kuasa maut, dan IA bangkit menjadi pemenang.

Kristus yang bangkit, telah mengalahkan kuasa kematian, mengembalikan manusia yang berdosa itu untuk bisa masuk kedalam kehidupan abadi. Walaupun sebagai akibat dosa kematian harus dilalui orang percaya, namun penyaliban dan kematian Kristus telah memenangkan manusia melawan kuasa maut itu, dan memberi tempat bagi mereka yang menang, di Sorga bersama Kristus yang telah Menang itu.

Keutuhan mengimani penyaliban yang telah dilalui Yesus tersebut, adalah kemenangan hidup abadi. Sebagai orang yang percaya, sewajarnyalah menyerukan, "Kristus sudah bangkit, berdirilah teguh, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan."

Salam Paskah, Medio April 2014

Kamis, 17 April 2014

Iman Kristen dan Politik

Iman Kristen dan Politik

Dalam sebuah perbincangan nonformal dengan seorang politisi di legislatif, muncul pernyataan yang kira-kira bunyinya Politik itu Kotor, sehingga tidak layak dimasuki oleh gereja. Dalam hati saya sedikit tersentak, emangnya gereja hadir untuk orang suci kudus kah, atau untuk orang berdosa. Dalam sikap hormat saya kepada beliau, karena bagi saya tergolong senior dalam hal politik, menanggapinya dengan sedikit nada berguyon, bahwa yang membuat politik kotor adalah pikiran kotor para politisi. Selagi mereka melakukan pikiran bersih, lurus, dan seturut 'Perintah' penciptaNya -- karena semua yang ada di dunia ini hanyalah ciptaan Tuhan -- maka politik itu tidak akan kotor.

Lalu muncul dalam benak saya, bagaimana gereja menyikapi hal-hal sepele begini, dan melakukan semacam pembinaan, atau pendalaman pemahaman secara teologi, menurut tinjauan Alkitab, kepada jemaat. Memberikan penguatan kepada jemaat, berangkat dari lingkungan gereja masing-masing dan yang akan berangkat 'memberitakan injil' dalam realita dunia yang dihadapinya. Dalam berbagai aktifitas jemaat yang sangat beragam itu. Memberitakan kabar keselamatan dunia, kemerdekaan bagi seluruh ciptaan dalam berbagai bidang aktifitas jemaat. Di pasar, di sekolah, di sawah, di kebun, di kantor, di politik, di pemerintahan di bisnis, di dunia entertain, dan berbagai aktifitas lagi.

Menurut saya, politik adalah bukti keadaban sebuah masyarakat. Keadaban dalam mengelola, mensejahterakan masyarakat. Sehingga, pemimpin politik bersama mereka yang sealiran dengannya, dalam mengelola masyarakat tentu membutuhkan seni, karena beragamnya kepentingan, pemikiran masyarakat yang dikelolanya. Kepentingan dan pemikiran yang beragam itulah yang hendak dikelola, disatukan pemimpin, menjadi tujuan bersama, setidaknya tujuan dari lebih banyak orang. Tetapi tentunya bukan mengorbankan mereka yang berbeda dengan tujuan tersebut.

Dalam pemikiran seperti itulah politik saya sebut sebagai realita dari sebuah relasi pribadi dengan Tuhan, sebagaimana pesan Tuhan pada waktu dunia ini diciptakan. Manusia diberikan kuasa dan kewenangan untuk mengelola dan menguasai dunia ciptaanNya ini seturut kehendakNya. Mandat menguasai dunia inilah yang sering diselewengkan oleh para pemimpin politik. Dilakukan untuk tujuan kelompoknya, kepentingannya, sehingga cenderung nyata mengorbankan kelompok lain yang tidak setujuan dengannya. Akibatnya, eksplorasi dan eksploitasi terus dilakukan, bahkan merajalela. Ketika si A atau kelompoknya berada di puncak kekuasaan, dia dan kelompoknya cenderung merajalela. Demikian juga ketika si B atau kelompoknya, tak mau ketinggalan. Akhirnya semua menjadikan hal tersebut sebagai kebiasaan, dan dikategorikan sebagai budaya, karena sudah terbiasa. Demikiankah sesunguhnya berpolitik yang dipesankan Tuhan? Buta terhadap kehendak Tuhan pada berbagai kebijakan yang dilakukan.

Kehendak Tuhan inilah tentunya yang perlu diperdalam oleh gereja kepada para jemaatnya. Ketika jemaat, atas panggilan imannya datang ke gereja, meninggalkan segala aktifitasnya yang beragam itu, memohon ampun atas segala dosa yang dilakukan, memohon perlindungan atas berbagai kegiatan yang akan dilakukan, serta memohon penyertaan dan pemberkatan Tuhan atas berbagai rencana aktifitasnya itu. Kala itulah gereja perlu membekali dan menguatkan jemaat. Karena kebijakan politik akan terjadi dan tanggungjawab iman akan dilakukan. Tanggungjawab mengelola dan menguasai dunia ini, sebagaimana pesan penciptaan..

Tinjauan saya ini bukanlah secara Ilmu Politik, karena keilmuan saya bukan berlatarbelakang politik. Hanya, secara iman saya jadi tergugah oleh pernyataan yang terlontar pada pertemuan informal di atas. Semoga berguna bagi siapapun yang membaca tulisan ini.

Salam Melayani, Awal Maret 2014

Pemilu Damai 2014

Pemilu Damai 9 April 2014

Suatu kemajuan yang patut dibanggakan, pelaksanaan Pemilu Legislatif (Pileg) yang baru dilaksanakan Rabu 9 April 2014 lalu. Dengan jumlah partai peserta hanya 12 (1. Partai Nasdem, 2. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), 3.Partai Keadilan Sejahtera (PKS), 4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), 5.Partai Golkar, 6.Partai Gerindra, 7.Partai Demokrat, 8. Partai Amanat Nasional (PAN), 9.Partai Persatuan Pembangunan (PPP), 10.Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), 11.12.13, 14.Partai Bulan Bintang (PBB), 15.Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia ( PKPI)). Tampil pemenang versi Quick Count LSI, PDIP dengan perolehan 19,73%. Keberhasilan pemilu ini menunjukkan bahwa Rakyat Indonesia masih memegang teguh perlunya kesatuan bangsa, walau berbeda pilihan politik. Pemilu 2009 yang dimenangkan Partai Demokrat, pada Pemilu kali ini menjadikan Demokrat pada urutan ke 4, dengan perolehan suara hanya 9 %.

Banyak kalangan menilai kegagalan Pemilu kali ini pada sisi lemahnya kualitas para caleg. Apalagi politik uang yang semakin tidak terlihat dipermukaan, tetapi terasa bagi rakyat. Mereka yang banyak menggelontorkan dana, sepertinya lebih dikenal warga dari pada mereka yang hanya berbicara akan melakukan pengabdian yang tulus sebagai wakil rakyat. Memang hasilnya belum diumumkan KPU. Tapi indikasi dari bergulirnya seputar pilihan para warga adalah seputar pilihan tersebut. Dan inilah yang menodai demokrasi dan pemilu kali ini.

Lalu apakah pilihan yang telah dijatuhkan rakyat tersebut akan berdampak buruk pada kinerja legislatif ke depan? Jelas ya. Karena ternyata, alam lingkungan Indonesia yang agraris, penuh air, lumpur dan rawa kurang diminati untuk dikunjungi para pemilik modal alias orang berduit yang menjadi caleg dan mungkin menang. Padahal, penderitaan rakyat terbanyak ada di sana.  Dan anehnya, mereka yang menderita itu pun banyak seolah tidak peduli dengan persoalan yang dihadapi, dengan tidak memberikan hak suaranya, dan tidak peduli dengan pelaksanaan pemilu.

Damainya pemilu legislatif tentu harus di syukuri bangsa ini untuk terus dipelihara. Menodai Pemilu dengan tindakan yang menyimpang dari penghormatan terhadap Demokratisasi perlu untuk segera diantisipasi seluruh warga masyarakat. Sportif dalam memilih, dewasa dalam pilihan, akan mempersiapkan negeri ini menuju Indonesia Jaya. Majulah Indonesia.

April 2014

Jumat, 07 Februari 2014

Menyusun Program Huria

Bagi warga HKBP, sebagaimana diaturkan pada Aturan Peraturan, menyusun program huria (gereja), dilakukan pada Rapat Huria, yang dihadiri seluruh warga jemaat, dan dilaksanakan sekali setahun. Diawali dengan rapat parhalado yang mempersiapkan segala keperluan rancangan program untuk dibahas di Rapat Huria tersebut. Parhalado diharapkan akan menghimpun, mengkompilasi segala usulan program dari jemaat, yang dilakukan pada partangiangan maupun perkunjungan kepada jemaat. Sehingga jika ini dilakukan, diharapkan pemikiran seluruh warga jemaat untuk turut berpartisipasi dalam setiap kegiatan gereja akan tertampung.

Di Rapat parhalado, usulan yang masuk tersebut, dan umumnya dipusatkan per-seksi yang ada di struktur huria, dihimpun menjadi mana yang layak dan dapat dilaksanakan. Sehingga tidak semua usulan jemaat itu dilakukan.Diawali dengan ibadah pembukaan Rapat Parhalado, pembahasan masukan usulan program dilakukan dengan mekanisme musyawarah yang disepakati, dan diakhiri dengan ibadah penutup. Dengan pelaksanaan ibadah ini menggambarkan doa seluruh majelis untuk penyertaan Tuhan dalam penyusunan dan pelaksanaan program tersebut.

Pembahasan program diawali dari program umum yang disampaikan oleh uluan huria. Seperti pelaksanaan ibadah minggu, adakah upaya untuk meningkatkan pelaksanaan ibadah sehingga mampu menghadirkan lebih banyak lagi jemaat, baik yang sudah 'jajan' ke gereja lain maupun yang jarang bergereja. Pembahasan rencana partangiangan, selain pengaturan wilayah partangiangan, juga metode membangun partangiangan sebagai media memperdalam pemahaman berteologi jemaat. Rencana perjamuan kudus, baik dari segi waktu maupun metode. Demikianlah pembahasan berbagai program umum yang disampaikan uluan ini.
Dilanjutkan program Dewan Koinonia, Marturia, dan Diakonia. Pembahasan program seksi yang ada di struktur pelayanan tersebut akan menunjukkan dinamika yang akan ditunjukkan oleh jemaat pada periode kedepannya. Artinya, jika program semakin banyak melibatkan jemaat, dan semakin banyak program yang dilakukan, akan membangun dinamika pelayanan di huria, demikian sebaliknya. Walau pada akhir pembahasan juga akan ditentukan rencana pendanaan yang mampu dilakukan, sebagai wujud keberimanan seluruh jemaat. Memang tidak menjadi mutlak, kehadiran seluruh parhalado pada Rapat Parhalado akan menampung segala pemikiran yang muncul. Sehingga kurang tepat jika kemudian parhalado bersilang pendapat atas keputusan mereka bersama.

Hasil akhir Rapat Parhalado akan menjadi bahasan pada Rapat Huria. Setelah jemaat diundang lewat tingting, sehingga kurang tepat istilah quorum dilakukan menghitung kehadiran peserta rapat. Memang alangkah baiknya lebih banyak jemaat mau terlibat, akan mendorong keterlibatan partisipasi semuanya pada pelaksanaannya. Doa bersama yang mengawali dan mengakhiri rapat tersebut akan membungkus program huria dalam kuasa penyertaan Tuhan.

Saya yakin, hingga sekarang belum semua huria di HKBP melakukannya. Masih diperlukan sosialisasi kepada seluruh jemaat untuk satu pemahaman, satu visi atas mekanisme tersebut. Sehingga pelaksanaan kehidupan bergereja dapat ditunjukkan oleh semua warga jemaat yang telah terdaftar di huria tersebut. Dan menurut saya, inilah salahsatu cara Tuhan untuk membangun gerejaNya. Melalui semangat dan pemikiran parhalado, bersama-sama dengan warga jemaat.

Pekanbaru, Jelang Rapat Parhalado HKBP Immanuel Ressort Pekanbaru II.

Kamis, 06 Februari 2014

Menjadi Garam dan Terang Dunia


Tugas menjadi Garam dan terang dunia disampaikan Yesus kepada semua orang percaya. Pesan pada kotbah di bukit ini sesungguhnya tidak terlalu berat jika dilakukan dengan ketulusan dan iklas, sebagaimana panggilan iman masing-masing orang percaya itu. Namun hampir bisa disebut banyak yang alpa melakukan karena dipengaruhi sifat kemanusiaannya masing-masing-masing. Artinya belum menempatkan Tuhan sebagai terutama dalam perilaku hidupnya. Masih sebatas ucapan doang.
Mari kita lihat sekeliling kita. Beratnya beban hidup karena himpitan ekonomi, sering membuat orang melakukan hal-hal yang mengutamakan ego manusianya, bahkan hingga menyimpang dari kehendak Tuhan. Ketika mereka 'berseliweran' di persimpangan jalan, di tempat hiburan, mall-mall, di tempat remang-remang, lokalisasi dan berbagai tempat yang dijadikan sebagai pelampiasan beban fikirannya tersebut. Tapi betapa beratnya mereka yang menyebut garam dunia tersebut turut membantu menggarami hidup mereka supaya lebih bermakna, supaya hidupnya punya arti bagi orang lain. Malah ada juga yang menyebutnya sebagai tanggungjawab pribadi msing-masing.
Begitulah beratnya menyebut sebagai garam bagi dunia.

Makna Garam
Jika diminta menjelaskan fungsi, makna maupun tugas sebagai garam, begitu mudahnya menjawab, karena hampir setiap rumah selalu ada garam. Kita menyebut untuk memberi rasa, mengawetkan makanan, dan mengobati luka. Juga, untuk memberikan kesuburan, menjadi pupuk bagi tumbuhan di daerah-daerah tertentu. Juga memberikan pertumbuhan.
Menurut penelitian, sebagaimana di rilis Badan Litbang Pertanian pada http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/320/ menyebut manfaat garam dapur sebagai pengganti pupuk KCL di Jember. Hasil penelitian tersebut menunjukkan produksi kakao meningkat dan unsur hara dalam tanah tidak terganggu.
Dalam kaitan menjadi garam dunia, garam juga berfungsi memberi pertumbuhan pada bidang yang digarami. Tumbuh subur dan menghasilkan buah yang lebih dari biasanya. Tidak hanya kembali kepada jalan, jalur yang baik dan benar seturut perintah Tuhan, tapi yang menghasilkan buah-buah yang manis, buah roh yang dinikmati juga oleh orang lain, hingga semua bangsa berlutut dihadapanNya.

Dunia Penuh Persoalan
Beban selanjutnya, menghadapi begitu kompleksnya berbagai persoalan yang ada di dunia ini. Korupsi, narkoba, penyalahgunaan sex, pertikaian antarsesama, penindasan terstruktur dan berbagai persoalan lagi. Lalu, bagaimanakah kita mewujudkan, menunjukkan menjadi garam dalam berbagai pergumulan tersebut? apakah persoalan itu dibiarkan berlangsung begitu saja tanpa keikut sertaan orang percaya untuk meluruskannya? Keikutsertaan yang didasari perintah Tuhan untuk mengembalikan ke jalan yang benar? Memang sungguh berat. Namun bagi tidak mampu berbuat banyak, berbuat sedikitpun akan memberikan arti. Bahkan tidak terlibat dalam kebusukan, persoalan tersebut juga bisa menjadi bagian tugas utama tersebut. Memulainya dari diri sendiri, keluarga, hingga lingkungan terdekat, dan semakin luas lagi.

Terang Dunia
Sifat manusiawi selalu mencari yang terang. Walaupun malam hari, selalu berharap segera berlalu, supaya dapat melanjutkan aktifitas hidup. Hanya yang melakukan pencurian, percabulan, dan hal-hal yang tidak etis lah yang mengharapkan kegelapan. Supaya perbuatan mereka tidak ketahuan.
Menjadi terang haruslah menerangi sekeliling, memberi pemahaman yang baik benar dan tepat, membuka pemahaman, pencerahan orang-orang sekeliling, untuk menghindari hal-hal buruk yang diinginkan dunia gelap. Mungkin saja terang kita kecil, sedang ataupun besar. Tergantung wilayah yang mampu kita terangi, cerahkan pemikirannya. sehingga ukurannya bukan pada kita, tapi pada mereka yang merasakan terang itu.
Menjadi terang adalah menunjukkan nilai-nilai positif, buah-buah roh sebagai pengikut Tuhan. Menerangi kegelapan pemikiran, harapan, maupun perbuatan orang-orang yang lemah bahkan hilang kepercayaannya. Sehingga tidak hanya menjadi teladan dari terang itu, sebagaimana umum dipahami, tapi juga mampu menerobos, hal-hal yang tersembunyi untuk diterangi.

Selamat menjadi Garam dan Terang Dunia

Pekanbaru, 7 Februari 2014

Kamis, 16 Desember 2010

Manjangkon Parumaen

Sering orang Batak di perantauan lupa untuk sesegera mungkin menyampaikan boras sipirni tondi ketika melakukan 'Manjangkon Parumaen'. Acara ini dilakukan ketika parumaen bersama anak mangoli pertama sekali melangkahkan kakinya di rumah, sebagai pasangan resmi.

Manjangkon Parumaen, sesungguhnya simbol doa kebahagiaan keluarga batih, ketika telah resmi ada yang menjadi parumaennya, yang akan mewariskan silsilah marganya, menyambung tarombonya kelak, didalam suka cita berkeluarga. Penerimaan parumaen dalam doa dan kebahagiaan, sesungguhnya harus terpancar pada langkah pertama parumaen memasuki rumah sebagai pasangan resmi, dan ditunjukkan dengan memberi 'boras sipirni tondi'.

Disebut resmi karena mungkin saja selama belum diresmikannya pasangan tersebut, atau sebelum mereka menikah, parumaen pernah datang berkunjung atau diajak ke tempat calon mertuanya. Oleh karena itu, kunjungan selama ini hanyalah sebagai sahabat, atau teman anggota keluarga (dalam hal ini anak). Dan ketika mereka telah melaksanakan pernikahan dan melangsungkan adat yang sesuai dengan itu, resmi dan sahlah hubungan kekerabatan yang baru terbentuk lewat mereka.

Manjangkon Parumaen perlu dimaknai tidak saja sebatas ritual adat semata. Jauh lebih bermakna karena tugas tersebut pertama diberikan Allah sebagai pewaris bumi ini, kepada semua umat manusia. Selain itu, proses penciptaan manusia yang dilakukan Allah terhadap manusia pun dilaksanakan. Oleh karena itu sewajarnyalah jika pernikahan itu harus kudus, dan diterima sebagai berkat Tuhan yang sungguh-sungguh kudus. Sehingga tak ada niatan sedikitpun untuk mengingkarinya kelak.

Oleh karena itu, pengantin baru pun hendaklah menerima itu sebagai sesuatu yang kudus yang datangnya dari Tuhan. Sejalan dengan itulah langkah pertama memasuki rumah perlu bersama-sama dengan langkah kanan. Bersama-sama menerima anugerah Tuhan itu dalam sukacita bersama.

Pekanbaru, 16 Desember 2010

Minggu, 24 Oktober 2010

Martonggo atau Marria Raja

Bagi masyarakat adat di Pekanbaru, ada tradisi martonggo raja. Yang disebut sebagai sebuah musyawarah adat untuk membicarakan seputar persiapan pelaksanaan adat yang kelak akan dilakukan.

Jika yang akan dilakukan adalah upacara bagi yang meninggal, martonggo raja dilakukan untuk menyepakati konsep tatalaksana adat yang akan dilakukan. Sementara pada adat pernikahan, dilakukan oleh keluarga laki-laki bersama dongantubu, boru dan dongansahuta untuk persiapan pesta unjuk tersebut. Sementara, jika yang melakukan rapat adalah pihak perempuan serta kerabat dongantubu, boru, dan dongansahutanya disebut marria raja.

Walau saya bukan ahli bahasa, menurut saya, penggunaan ini sudah tidak tepat.

Mengacu kepada kamus bahasa Batak (http://web.tiscali.it/batak/),  disebut martonggo raja adalah mengundang raja-raja untuk turut berpesta. Artinya, hanya kepada adat yang mengundang berpestalah yang disebut martonggo raja. Jika itu bukan pesta maka kurang tepat disebut martonggo raja.

Akan tetapi, disebut marria raja adalah sebuah musyawarah adat, yang membahas seputar persiapan hasuhuton dalam tatalaksana adat yang akan dilangsungkan. Baik seputar siapa yang bertugas marhobas, sebagai pendamping hasuhuton (paidua), atau sebagai juru bicara (parsinabul).

Memahami struktur tarombo masing-masing marga Batak, khususnya di bonapasogit, sesungguhnya sudah banyak yang secara otomatis menjadi pelaksana bagian-bagian tersebut diatas. Namun untuk menguatkan kesiapan tatalaksana tersebutlah perlu dilangsungkan musyawarah.

Beda halnya di Pekanbaru, perantauan yang telah dibanjiri masyarakat adat Batak ini memilih pelaksana adat adalah punguan marga. Kekuatan punguan merga menjadi sangat penting bagi setiap yang akan melakukan adat. Sehingga wajar tetap harus dilakukan musyawarah, bagaimanapun kondisi kelengkapan kekerabatannya di Pekanbaru.

Menurut saya, perlu pemahaman bersama untuk meluruskan penyebutan yang kurang sesuai tersebut. Semoga pemikiran ini bermakna bagi yang membaca.

Pekanbaru, Minggu 24 Oktober 2010