Minggu, 11 Mei 2014

Rumah Tangga Kristen

Bagi Orang Kristen, Rumah Tangga adalah sebuah bangunan yang didirikan oleh Kristus bagi mereka yang telah dipilihNya menjadi sebuah keluarga baru. Bangunan rumah yang dibangun oleh Kristus itu adalah kudus, sebagaimana IA yang membangun itu adalah kudus adanya.

Ketika dua sejoli, yang dipertemukan oleh Allah, telah sepakat untuk membangun keluarga baru, mereka mempersiapkan diri menghadap Allah. Laki-laki dan perempuan meninggalkan keluarganya, untuk datang kehadapan Allah, kerumah Tuhan untuk diberkati memasuki rumah baru yang telah dibangun oleh Kristus tersebut. Dihadapan Allah, dan jemaat yang hadir pada pemberkatan tersebut, Pendeta sebagai hamba dan mewakili Allah, yang memimpin pemberkatan bertanya kepada pengantin laki-laki 'apakah engkau menerima pasanganmu ini, dalam segala kekurangan dan kelebihannya, duka maupun suka, sehat maupun sakit, akan mendampingimu hingga Tuhan memanggilmu kelak?'. Demikian juga perempuan ditanyakan hal yang sama. Dan masing-masing akan menjawab dengan tidak bersamaan, 'ya' semoga Tuhan menguatkan saya.

Jawaban yang berupa janji tersebut sesungguhnya bukan hanya kepada pendeta yang memimpin ibadah, atau jemaat yang menghadiri upacara pemberkatan, tetapi jawaban, janji kepada Tuhan yang memberikan rumah tangga baru itu untuk mereka masuki.

Dengan demikian, setelah Tuhan memberkati keluarga baru tersebut, dan mereka memasuki rumah tangga baru tersebut, kehidupan mereka yang awalnya dibentuk dari saling menerima, haruslah dibangun berakar dan didasarkan kepada Tuhan yang membangun rumah tangga tersebut. Apapun yang dilakukan dalam hubungan suami isteri adalah kudus dihadapan Tuhan.Dan Tuhan pasti akan menguatkan mereka dalam menghadapi berbagai gelombang samudra persoalan hidup.

Sejalan dengan itu, fenomena perceraian yang semakin bermunculan,terutama dikalangan Kristen, adalah gambaran pengingkaran terhadap janji yang diucapkan kepada Allah dan sesama manusia. Ingkar terhadap Tuhan yang memberkatinya, ingkar kepada sesama yang menyaksikannya, dan ingkar kepada Tuhan yang akan menguatkan mereka berdua. Oleh karena itu, sebagaimana perlakuan kita kepada orang-orang yang mengingkari perjanjian bersama, demikianlah sikap kita kepada mereka yang mengingkari janji pernikahan tersebut. Terkecuali, jika mereka dipisahkan oleh kematian.

Beratnya tantangan iman ini, direfleksikan dalam kehidupan nyata dalam berkeluarga. Walau sering perbedaan pemikiran, pendapat, metode, maupun jalur yang mereka ketahui dan perdebatkan, namun jika itu ditempatkan pada kehendak Tuhan yang akan menguatkan mereka menjalani persoalan itu, akan terlewatkan dengan sukacita dariNya. Uniknya dua pribadi yang sangat berbeda, tetapi karena disatukan dalam Tuhan, maka perbedaan tersebut tak akan menjadi persoalan.

Itulah sebabnya selalu disebut untuk senantiasa mendahulukan Tuhan dalam rencana pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh keluarga tersebut. Menempatkan doa kepada Tuhan sebelum mengambil keputusan dari pilihan yang berbeda tersebut. Yakin Tuhan akan menerangi.

Sudahkah Tuhan menjadi Kepala didalam rumah tanggamu?

Pekanbaru, Mei 2014