Sabtu, 07 Januari 2017

Natal dan Harapan Baru

Dalam perayaan memperingati kelahiran Yesus Kristus, atau Natal, sering terjadi kesalahan penafsiran. Umat sering diarahkan pikirannya kepada pemahaman ketika Yesus lahir 2000 tahun lalu di Betlehem. Akibatnya, sebagaimana layaknya menyambut anak yang baru lahir ditengah keluarga, banyak yang melakukan dengan pernak-pernik seputar menyambut kelahiran tersebut. Mulai dari baju baru, makanan yang enak-enak, hingga berbagai seremoni kelahiran lainnya. Sedemikian hingga sambutan yang dilakukan adalah terhadap anak kecil Yesus yang baru lahir, yang membutuhkan susu, di gendong, disayang dan diberi kehangatan.

Seolah kita lupa, bahwa kedatanganNya kedunia 2000 tahun lalu itu telah ditolak oleh umat manusia ketika itu. Umat ciptaanNya itu tidak menghargaiNya. Tak seorangpun menerimaNya, semua pintu tertutup, semua membuat alasan masing-masing. Sehingga sebagai seorang Raja diatas segala raja, dia harus rela lahir dikandang domba, dan ditempatkan di palungan, tempat makan domba-domba itu. Seolah kita lupa, bahwa IA datang ke dunia 2000 tahun lalu telah naik ke surga untuk menyediakan tempat bagi orang-orang yang takut akan Dia.

Memaknai Natal sekarang ini, sesunggunya mengarahkan pikiran hati dan perbuatan kepada kedatangan Kristus yang kedua kali. Ketika IA datang untuk memberi sukacita penyelamatan yang Maha Agung. Penyelamatan manusia dari lumpur dosa yang telah menakutkan. Menyelamatkan umat ciptaanNya itu dari kematian abadi. Hingga menyediakan tempat di sorga bagi orang-orang pilihanNya itu.

Lalu, bagaimana kita mengamini dan mengimani prakarsa kedatangan Kristus ini? Bagaimana kita bersikap dan bertindak atas pengakuan kedatanganNya itu? Bagaimana harapan penebusan itu dapat terlaksana dan terpancar dalam kehidupan keseharian kita? Bagaimana keseriusan kita akan pengharapan hidup abadi yang telah disediakanNya?

Semoga catatan ini menggugah saya kembali atas apa yang telah kulakukan selama ini. Atas sikap dan tingkahlaku perutusan yang telah kuterima. Atas berbagai tanggungjawab yang sesungguhnya kulakukan untuk meraih harapan jiwaku itu.

Tuhanlah kiranya menguatkanku untuk secuil catatan ini.

Pekanbaru, 7 Januari 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar